Tentang Sidapurna

Sejarah Singkat Kampung Sidapurna 

Sidapurna adalah nama sebuah Blok/Kampung disuatu Desa yang bernama Desa Kasugengan Kidul-Kecamatan Depok yang terletak 2 KM dari arah selatan Pasar Jamblang menuju Desa Sindang jawa-Kecamatan Sumber. Blok/Kampung Sidapurna terdata menjadi Rw IV semenjak Desa Kasugangan mengalami pemekaran menjadi 2 Desa, Desa Kasugengan Lor dan Desa Kasugengan Kidul. Yang kemudian disusul dengan pemekaran Kecamatannya, yang semula masuk Kecamatan Plumbon sekarang menjadi Kecamatan Depok.

Adapun menurut riwayat, kira-kira pada tahun 1690 kampung Sidapurna dulu masuk wilayah dari Desa Babakan yang sekarang menjadi Desa Waruroyom. Antara keduanya, Sidapurna dan Waruroyom memiliki sejarah yang saling berkaitan/berhubungan. Menurut primbon yang dimiliki oleh Bpk. H.Taspi ketua LKMD Desa Waruroyom yang pernah dimuat di Majalah Tandang terbitan Kantor Deppen Kab.Cirebon edisi No.6/tahun 1985/1986 hal.12, mengenai Asal-usul Desa Waruroyom. Dikatakan bahwa yang sekarang bernama Desa Waruroyom itu dahulunya adalah Babakan. Yang dipimpin oleh seorang Ki Gede yang bernama Ki Gede Babakan, dan diabadikan menjadi sebuah nama desa tersebut. Ki Gede Babakan memiliki 3 orang putra yang bernama :



1. Ki Samsudin kemudian menggantikan ayahandanya menjadi seorang Kepala Desa/Kuwu.
2. Ki Jaenudin menjadi aparat dari desa tersebut ( Lebe ).
3. Ki Akmaludin, beliau lebih memilih menjadi Ajengan/Kiyai.

Tampuk Kepemimpinan Kuwu pun diserahkan kepada putra pertama Ki Gede Babakan yaitu Ki Samsudin yang nantinya akan merubah nama Desa Babakan menjadi Desa Waruroyom. Dan Ki Gede Babakan sendiri berpindah ke daerah selatan, tepatnya di wilayah Sumber lalu beliaupun mendirikan sebuah desa dengan nama Desa Babakan-Sumber. Ki Gede Babakan pun menurunkan keturunannya sampai ke Wanantara dan Wanasaba. Pada pemerintahan Ki Samsudin, pertumbuhan desa Waruroyom sangat baik. Menjadi desa yang subur, makmur, loh jinawi tidak kurang sesuatu apapun. Namun sayangnya beliau lebih memilih bergaul dengan para penjajah VOC ketimbang dengan saudaranya yang bernama Ki Akmaludin yang notabene seorang ulama pada waktu itu. Sehingga terkadang sering terjadi perselisihan yang mengakibatkan kejadian2 aneh yang pernah dialami oleh Ki Samsudin bersama para VOC ketika mengadakan sebuah acara pesta dirumahnya yang dilakukan oleh Ki Akmaludin dengan ilmu kebathinannya. Seperti ketika para koki memasak untuk keperluan hidangan para tamu undangan Ki Samsudin, Nasi tidak bisa disiduk karena keras sekeras batu, Masakan yang berjenis lauk ikan pun dapat hidup kembali, Masakan yang berjenis daging kembali menyatu menjadi hewan dan hidup. Maka dengan sekejap suasana pesta pun berubah menjadi rusuh dan para undangan pun berfikir bahwa kejadian tersebut adalah sebuah gangguan ghaib sebangsa setan, jin atau sejenisnya yang tidak terima dengan kahadiran para undangan. Namun Ki Samsudin berpendapat lain bahwa kejadian tersebut hanyalah ulah dari adiknya Ki Akmaludin. Sehingga Ki Samsudin pun tidak berfikir lama beliau langsung saja pergi untuk menemui adiknya. Sesampainya ditempat Ki Akmaludin, Ki Samsudin tidak menemui adiknya lalu beliaupun terus mencari hingga akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti sejenak melakukan pencarian. Sampai suatu ketika ada seorang penggembala kambing melihat seseorang yang keluar dari gowok yang berada ditepi sungai sedang mengambil air wudhu. Dan sipenggembala melaporkan kesaksianya tersebut kepada Ki Jaenuddin yang juga salah satu adik dari Ki Samsudin yang bekerja di pemerintahan desanya sebagai lebe/naib. Bersama sipenggembala Ki Jaenuddin menemui kakaknya untuk menceritakan semua yang dilihat oleh sipenggembala tersebut. Tanpa berpanjang waktu kemudian berangkatlah mereka menuju tempat dimana seseorang yang dianggap sipenggembala adalah Ki Akmaludin. Beliau pun menungguniya hingga seseorang yang dianggap mereka Ki Akmaludin itu keluar. Dan akhirnya yang mereka tunggu pun muncul, seketika itu juga Ki Samsudin bersama Adik dan sipenggembala tersebut menubruk seseorang yang memang benar beliau adalah Ki Akmaludin sambil berkata nggowok temen sampeyan ( nggowok; bersembunyi didalam gua ditepian sungai ). Dan atas kejadian itu daerah tersebut sekarang diberi nama Sigawok. Sigawok adalah salah satu tempat yang berada di Blok/Kampung Sidapurna yang letaknya berseberangan dengan kampung Kedungdadap Desa Beran. Disebelah selatan Sigawok terdapat suatu tempat yang bernama blok Pesantren, dimana ditempat tersebut Ki Akmaludin pernah mendirikan sebuah pesantren dan beliau sendirilah sebagai kiyainya. Dari kejadian2 diluar nalar manusia yang Ki Samsudin alami atas perbuatan adiknya yang punjul ilmunya itu, maka beliau Ki Samsudin berkata kepada adiknya Sida Sampurna sampeyan... Sida Sampurna yang berarti "Jadi Sempurna" akan keilmuan yang Ki Akmaludin miliki dan atas izin Allah jua Ki Akmaludin tunjukkan kepada kakaknya dengan maksud agar kakaknya mau kembali ke jalan yang benar, lurus serta diridhoi oleh Sang Pencipta, Pemilik dari segalanya Allah SWT. Maka atas kejadian tersebut lahirlah sebuah nama yang sekarang diriku lahir, besar dan tinggal didalamnya Kampoeng Sidapoerna...
Gedongan ( Kuburan Para Sesepuh Sidapurna )


Terdapat beberapa makam/kuburan Sesepuh di Kampung Sidapurna yang pada waktu hidupnya sangat banyak berjasa dalam membangun Kampung Sidapurna menjadi
Kampung yang besar seperti sekarang ini. Diantaranya :




1. Ki Buyut Sulaiman


Makam ini terletak diluar tembok/gedongan kompleks makam Buyut Ja'far, yaitu sebelah utara dari Masjid Pusaka Kentong Sidapurna. Menurut penuturan orang2 tua, bahwa keberadaan Buyut Sulaiman itu dua generasi ke atas, sebelum kedatangan Buyut Ja'far dan Buyut Akmaludin, diperkirakan awal abad XVI ( 16 Masehi ). Ketika Almukarrom KH. Syarif Muhammad bin Habib Syekh berziarah ke makam KH. Abdurrakhman, menurut beliau bahwa disekitar komplek makam ini ada makam Pengageng/Ulama Besar yang pernah jumeneng/menetap di Sidapurna sebelum kedatangan Buyut Kiyai Ja'far dan Buyut Kiyai Akmaludin, beliau tidak lain adalah Buyut Sulaiman. Dengan kondisi makamnya yang sungguh sangat sederhana sekali, tanpa menggunakan bangunan di atasnya. Jangankan batu bata, sebuah batupun tidak. Karena pernah suatu ketika seseorang meletakan dan menyusun tumpukan batu bata di atas makamnya, yang bertujuan membuat tanda agar memang disitu terdapat sebuah makam dari seseorang yang unggul ilmunya. Namun dengan ajaib tumpukan batu bata tersebut kembali berserakan. Artinya si Empunya seperti tidak ingin sama sekali terdapat sesuatu apapun di atas makamnya. Hingga saat ini kondisi makam dari Buyut sulaiman hanya bercirikan sebuah batu besar dan itupun menurut yang meletakanya dengan meminta izin terlebih dahulu. Wallahu'alam bishowwab...




2. Ki Buyut Ja'far


Di kompleks makam ini terdapat 9 makam yang berjajar dari arah timur hingga ke barat, dan makam Ki Buyut Ja'far terletak di ujung sebelah barat. Disekitar kompleks makam tersebut terdapat pula sepetak tanah yang dijadikan sebuah bangunan yang berbentuk pendopo yang berfungsi sebagai tempat tahlil bagi para peziarah. Menurut ceritanya, konon Buyut Kiyai Ja'far berasal dari keturunan Keraton Kesepuhan Cirebon. Seorang Pinangeran yang tidak setuju akan keberadaan penjajah di negerinya, Negara Cirebon. Yang telah banyak mempengaruhi orang2 dalam keraton terutama pihak Sultan.



3. Ki Buyut Oneng


Makam Ki Buyut Oneng berada di satu kompleks bersama Ki Buyut Akmaludin, tepatnya disebelah selatan. Sedangkan disebelah baratnya adalah makam dari Ki Buyut Syaekhima yang kedua2nya masih kerabat dekat dari Ki Buyut Akmaludin. Bahkan boleh dikatakan Ki Buyut Oneng adalah salah satu Pandega atau tangan kanan dari Ki Buyut Akmaludin karena keunggulan ilmu kebathinannya yang mumpuni.




4. Ki Buyut Akmaludin


Kompleks Pemakaman Ki Buyut Akmaludin ini tidak jauh dari Masjid Pusaka Kentong Sidapurna, tepatnya disebelah selatan Masjid. Atau disebelah barat dari langgar/musholah Ki Bajuri. Berbeda dengan kompleks makam dari Ki Buyut Ja'far, di kompleks makam Ki Buyut Akmaludin banyak terdapat makam2 sepuh yang belum diketahui identitasnya hingga saat ini. Makam Ki Buyut Akmaludin dulu pernah diberi aub2/atap sebagai pelindung. Namun tidak tahu kenapa tiba2 hilang, terbang terbawa angin hingga jatuh ditepi kali/sungai Jamblang. Sehingga orang2 tidak lagi berani mendirikan apapun diatas makam beliau sampai saat ini.




5. Ki Buyut Gabug


Makam ini letaknya persis berada di depan Pengimaman Masjid Pusaka Kentong Sidapurna. Dikatakan Gabug karena beliau tidak mempunyai keturunan dan terlihat di mata umum secara Syariat, beliau suka melakukan permainan kartu/judi. Padahal ternyata itu hanya para khadam/jin yang bersama dirinya, yang telah berbuat hal2 tidak pantas dilakukan oleh seorang Kiyai di mata umum. Sehingga ketika beliau wafat pun, orang2 kampung menguburkanya didekat sungai dengan satu alasan bahwa mereka tidak mau seorang Kiyai Bejat dikubur bersama para sesepuh yang lebih alim serta mulya derajat waktu hidupnya. Sebuah keajaiban pun terjadi keesokan hari setelah penguburanya, makam Ki Buyut Gabug ternyata sudah berpindah tempat berada dekat dengan Pengimaman Masjid Pusaka Sidapurna.



6. Ki Buyut Kasir Dan Nyi Buyut Sarkawi


Makam ini berada di kompleks makam blok Pesantren, Ki Buyut Kasir masih keturunan dari Ki Buyut Akmaludin. Tidak banyak akan kisah pada waktu hidupnya yang penulis dapatkan, namun penulis yakin bahwa kala waktu hidupnya beliau pun telah banyak memberikan sumbangsih lebih, yang mungkin tidak kalah dengan mereka para sesepuh yang lebih banyak kisah/cerita hidupnya.



7. Nyi Buyut Maskiya


Makam ini berada di kompleks Pemakaman Sigawok, dimana kisah Sigawok pernah penulis ceritakan pada Arsip Sejatine... Untuk Nyi Buyut Maskiya sendiri, penulis tidak terlalu banyak mendapatkan input mengenai kisah hidupnya. Mungkin suatu waktu Insya Allah akan penulis usahakan agar para blog visitor puas,,puas,,puasss !!! Heheheheheheee...



8. K.H. Abdurrosyid ( Ki Sutara )


Letak dari makam Ki Sutara yaitu berada disebelah timur dari kompleks Pemakaman Ki Buyut Ja'far. KH. Abdurrosyid adalah putra dari Buyut Kiyai Hasbiya yang ternyata masih satu turunan dari Ki Buyut Ja'far.